Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang
tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu
kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena
kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan,
kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau
karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi
Persoalan gender adalah persoalan
yang peka dan kompleks. Persoalan ini telah menjadi sesuatu yang klasik, bahkan
setua peradaban manusia itu sendiri. Perbedaan pria dan wanita yang pada
hakikatnya hanya merupakan perbedaan karakteristik biologis (jenis kelamin)
dipertajam melalui proses sosialisasi sehingga menuntun pada berbagai praktik
diskriminasi terhadap wanita di berbagai bidang. Padahal seperti kita ketahui
bersama, jumiah penduduk dunia sebagian besar wanita dan selama dekade terakhir
ini, wanita telah menjadi segmen penting dalam berbagai bidang kehidupan
termasuk dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui apakah
diskriminasi terhadap wanita dalam pasar tenaga kerja masih ada , yang
jawabannya termuat pada jurnal berjudul '''Evidence on Discrimination in
Employment: Codes of Color, Codes of Gender" oleh William A. Darity Jr. dan
Patrick L. Mason. Dalam jurnal ini diketahui bahwa diskriminasi menyebabkan
representasi wanita dalam ekonomi menurun dan mengakibatkan kerugian baik secara
material maupun spiritual. Kerugian itu antara lain membuat pasar tenaga kerja
kurang kompetitif karena mereka menjadi kurang termotivasi dan secara emosional
kurang sehat akibat penolakan yang dialaminya. Akan tetapi Patrick L. Schul
& Brent M. Wren dalam jurnalnya yang berjudul "The Emerging Role of Women in
Industrial Selling : A Decade of Change" menunjukkan fenomena yang berlawanan
dimana akhir-akhir ini representasi wanita dalam ekonomi justru meningkat pesat
bahkan dalam bidang- bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi oleh pria.
Konsekuensi logis dari semua itu adalah semakin besar kontribusi wanita dalam
ekonomi khususnya dalam industri penjualan. Penelitian tersebut mungkin telah
terbukti di beberapa negara tetapi di sejumlah negara lain (termasuk Indonesia)
agaknya masih perlu diuji lebih jauh karena di banyak negara berkembang gerakan
wanita harus berhadapan dengan tembok struktural yang cenderung patriarkhal.
Seperti yang terlihat dalam penelitian Patricia Arttachariya yang berjudul: ""A
Study on Women Managers in Thailand : Cultural, Organizational, and Domestic
Issues". Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada wanita Thailand maka
ditemukan bahwa diskriminasi menyebabkan representasi wanita Thailand dalam
ekonomi menurun karena:
1. Adanya tuntutan untuk berperan sebagai ibu rumah
tangga yang baik di satu pihak dan bekerja secara profesional di lain
pihak.
2. Wanita Thailand sampai saat ini bekerja dalam sistem yang
didominasi oleh nilai-nilai pria.
3. Adanya pemikiran "Think Manager - Think
Male" yang mempertaruhkan identitas wanita Thailand.
4. Persepsi pimpinan
perusahaan membatasi peluang kerja wanita Thailand.
5. Kultur Thailand yang
berorientasikan pada pria.
6. Adanya sikap membeda-bedakan jenis kelamin dan
penerimaan tradisi tanpa pemikiran menjadi penyebab diskriminasi dalam
perekrutan, seleksi, dan promosi tenaga kerja.
Jadi, makna diskriminasi
gender berbeda-beda menurut zaman dan tempat. Dengan kata lain, diskriminasi
gender merupakan konstruksi sosial yang berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya
dan tatanan masyarakat yang ada sehingga perspektif gender sangat relatif dan
bersifat multi dimensi. Walaupun demikian, diharapkan semua pihak dapat
berpartisipasi dalam meminimalkan segala bentuk diskriminasi dan menghapusnya
suatu saat agar tercipta kondisi dunia kerja yang sehat pada khususnya dan
kondisi masyarakat dunia yang sehat pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar